Untuk mendorong masyarakat yang kurang kesadarannya akan beribadah,
seorang pendakwah ketika memberikan ceramah agama di tengah-tengah masyarakat
beliau memaparkan hukum dalam sebuah ibadah sekaligus disertai pemaparan
tentang hikmah dibalik kesunnahan tersebut. Semisal ketika seorang berwudhu dan
membasuh kedua telapak tangannya agar berniat menyucikan tangan supaya tidak
mengambil sesuatu yang bisa menjauhkan diri seseorang dari Allah SWT. Ketika berkumur
agar berniat membersihkan mulut supaya tidak melodahi lisan dengan
ucapan-ucapan yang buruk. Benarkah ada keterangan dalam kubus salaf tentang hal
di atas, ataukah itu hanya hasil filosofi seorang pendakwah tersebut?
Jawab:
Ada, sebagaimana keterangan dalam karya fathul mu’in. baca keterangan
dibawah ini.
“Al-Qoishori berkata: alangkah baiknya bagi orang yang bersuci bersamaan
dengan membasuh kedua tapak tangannya untuk niat menyucikannya, supaya tidak
mengambil sesuatu yang akan menjauhkannya dari Allah, dan mengibaskan kedua
tangan itu dari sesuatu yang menyibukkan orang tersebut jauh dari Allah. Dan
dengan berkumur, niat untuk menyucikan mulut tidak mengotori lisan dengan
ucapan-ucapan yang buruk. Dengan istinsyak, niat mencium beberapa aroma yang menyenangkan.
Dengan menyela-nyela rambut, niat melepaskannya dari tangan-tangan (nafsu) yang
mengusai dirinya dan telah menurunkan dari syurga ‘illiyyin tertinggi, menuju
tempat terendah. Dengan membasuh wajah, niat membersihkan dirinya yang telah
mengikuti hawa nafsu, mencari pangkat yang tercela, dan tunduknya pada selain
Allah. Dan dengan menyucikan hidung, niat membersihkan dirinya dari sifat
sombong. Dengan membasuh mata, niat membersihkan diri, tidak lagi melihat
sesuatu yang dibenci syariat, dan tidak memandang bahwa selain Allah bisa
memberi mamfaat dan mudharat. Dengan membasuh kedua telapak tangan, niat untuk
menyucikannya agar tidak mengambil sesuatu yang menjauhkan ia dari Allah.
Dengan mengusap kepala, niat
menghilangkan rasa jadi kepala dan pemimpin yang menyebabkan sifat sombong.
Dengan membasuh kedua telapak kaki, niat menyucikannya dari bersegera melakukan
pelanggaran-pelanggaran dan mengikuti hawa nafsu, dan melepas belenggu
kelemahan untuk bersegera arena ketaatan yang bisa menyampaikan pada
keberuntungan dengan mendapat ridha dari
Allah yang maha agung dan bijaksana.
Dengan yang telah disebutkan di atas, jasad telah siap untuk menghadap di
hadapan Allah ta’ala.REFERENSI I’ANATHUTH THALIBIN JUZU` 1 HAL. 68.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan