Sunday, July 2, 2017

Masjidnya Ramai Tapi Kosong Dari Petunjuk

Apabila diamati dengan seksama, terutama dikota-kota jama’ah masjid makin hari makin banyak. Lebih-lebih kalau datang bulan Ramadhan, sampai tidak muat. Untuk mengatasinya maka masjid terpaksa diperluas dan diperindah bangunannya sesuai dengan arsitek modern. Demikian pula para khatib dan penceramah pengajiannya, diambil juru-juru dakwah yang sarjana dan berpengetahuan luar agar apa yang disampaikan bisa ilmiah, walaupun isinya secara halus memperdaya keaslian hukum islam. Mubaligh atau penceramah yang biasa disebut kiai, yang biasa menyampaikan hukum islam apa adanya agar kaum muslimin mengerti hukum yang sebenarnya, digeser demi sedikit. Dan pada akhirnya para sarjana itulah yang menceramahi dan mengkhatbahi para kiai yang menjadi ma’mum dibelakang.
            Apa hasilnya?
Masjid tidak lagi sebagai tempat menyampaikan sumber hukum yang asli, jama’ah tidak lagi mendapatkan ilmu pengetahuan agama untuk diamalkan di rumahnya, yang ada semangat islamnya sedang isinya kosong dari pengetahuan islam yang sebenarnya. Maka sepulang dari jama’ah perilakunya tidak mewarnai sebagai seorang islam. Hatinya tidak lagi mendapatkan hidayah dari masjid, ceramah dan khutbah tidak lagi bisa berobah tingkah lakunya menjadi menjadi baik sesuai dengan nafas masjid. Tinggallah masjid mentereng dengan bangunannya, saying hidayahnya tidak menyinari jama’ahnya.
            Lebih tragis lagi, kalau membangun masjid karena perbedaan golongan, atau semata-mata untuk mencari piala masjid itu dicat, dikapur dan dibersihkan. Mestinya masjid itu dibangun berdasarkan taqwa.



No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan