Friday, February 2, 2018

FIQH: Pengertian jual beli beserta referensinya

Transaksi Jual Beli

           
      Secara etimologis atau loghat, Bai’ berarti tukar menukar sesuatu. Sedangkan secara terminologis, bai’ atau jual beli merupakan transaksi tukar menukar materi yang memberikan konsekuensi kepemilikan barang atau jasa secara permanen.
 فَيُقَالُ لَهُ لُغَةً مُقَابَلَةُ شَيْءٍ بِشَيْءٍ عَلَى وَجْهِ الْمُعَاوَضَةِ فَيَدْخُلُ فِيهِ مَا لَا يَصِحُّ تَمَلُّكُهُ كَالِاخْتِصَاصِ وَمَا لَوْ لَمْ تَكُنْ صِيغَةً كَالْمُعَاطَاةِ، وَخَرَجَ بِوَجْهِ الْمُعَاوَضَةِ نَحْوُ السَّلَامِ وَشَرْعًا عَقْدُ مُعَاوَضَةٍ مَالِيَّةٍ تُفِيدُ مِلْكَ عَيْنٍ أَوْ مَنْفَعَةٍ عَلَى التَّأْبِيدِ لَا عَلَى وَجْهِ الْقُرْبَةِ، وَأَرْكَانُهُ ثَلَاثَةٌ عَاقِدٌ وَمَعْقُودٌ عَلَيْهِ وَصِيغَةٌ وَهِيَ فِي الْحَقِيقَةِ سِتَّةٌ كَمَا سَيَأْتِي. وَالْعَقْدُ فِي التَّعْرِيضِ جِنْسٌ وَشَأْنُهُ الْإِدْخَالُ، لَكِنْ إذَا كَانَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ فَصْلِهِ عُمُومٌ مِنْ وَجْهٍ يَخْرُجُ بِكُلٍّ مِنْهُمَا مَا دَخَلَ فِي عُمُومِ الْآخَرِ. وَلِذَلِكَ قَالُوا خَرَجَ بِالْعَقْدِ الْمُعَاطَاةُ وَبِالْمُعَاوَضَةِ نَحْوُ الْهَدِيَّةِ، وَبِالْمَالِيَّةِ نَحْوُ النِّكَاحِ وَبِإِفَادَةِ مِلْكِ الْعَيْنِ الْإِجَارَةُ وَبِغَيْرِ وَجْهِ الْقُرْبَةِ الْقَرْضُ، وَالْمُرَادُ بِالْمَنْفَعَةِ بَيْعُ نَحْوِ حَقِّ الْمَمَرِّ وَالتَّقْيِيدُ بِالتَّأْبِيدِ فِيهِ لِإِخْرَاجِ الْإِجَارَةِ أَيْضًا وَإِخْرَاجُ الشَّيْءِ الْوَاحِدِ بِقَيْدَيْنِ غَيْرُ مَعِيبٍ. وَهَذَا التَّعْرِيفُ أَوْلَى مِنْ التَّعْرِيفِ بِأَنَّهُ مُقَابَلَةُ مَالٍ بِمَالٍ عَلَى وَجْهٍ
مَخْصُوصٍ لِمَا لَا يَخْفَى.[1]
            Istilah jual beli, pada hakikatnya hanya berlaku dalam ma’qud alaih berupa barang atau ain, bukan jasa atau mamfaat sebab jual beli hanya berlaku pada materi, sedangkan jasa pada hakikatnya bukan termasuk Maliyah atau materi, hanya sebatas majaz sebab eksistensinya bersifat abstrak dan lebih dikarenakan demi mentolerir keabsahan mengadakan traksaksi jasa.[2]
            Dalil yang mendasari legislasi transaksi jual beli adalah Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Albaqarah:275).
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 Ÿwur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJŠÏmu 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-nisa’: 29).
              سئل النبي: أى الكسب أطيب قال عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور
Artinya: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW, pernah ditanya tentang usaha apa yang paling baik; nabi berkata: “Usaha seseorang dengan  tangannya dan jual beli yang mabrur”.
            Jasa bisa dijadikan komoditi dalam transaksi jual beli karena hujjah (desakan kebetuhan)
1. Pembelian jasa berupa hak melintas. Contoh, seseorang memiliki kebun yang dikelilingi lahan milik orang lain, sehingga ketika hendak masuk atau keluar kebun, harus melewati lahan milik orang lain. Lalu ia membeli mamfaat lahan orang lain untuk dimamfaatkan melintas atau lewat menuju atau keluar kebun.
2. Pembelian Mamfaat berupa hak mengalirkan air seperti contoh di atas, namun pembelian mamfaat lahan orang lain untuk digunakan saluran irigasi dari tempat lain menuju kebunnya.
3. Pembelian mamfaat berupa hak membangun. Contoh, seseorang membeli bagian atap sebuah gedung untuk membangun rumah di atasnya.[3]
     Ketiga contoh di atas pembeliannya bersifat permanen, artinya tidak dibatasi oleh waktu sebagaimana akad ijarah. Karena itu transaksi demikian tidak dikatakan jual beli murni, melainkan semi ijarah dari segi komoditinya berupa jasa dan semi bai’ dari segi permanennya.[4]






[1]Qalyubi, Cet. Dar Fikr, Jld. II. h. 191

[2]Mughni Muhtaj, Jld. II, Cet. Dar AL-Hadits, h. 407

[3]Syarah Al-Bahjah, Cet. Dar Al-Kutub Al-Alamiyah, Jld. 4, h. 431.

[4]Asna Al-Mathalib, Cet. Dar Fikr, Jld. III, h. 417.

Hukum Jual Beli Online

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan