Transaksi Jual Beli
فَيُقَالُ لَهُ لُغَةً مُقَابَلَةُ شَيْءٍ بِشَيْءٍ عَلَى وَجْهِ الْمُعَاوَضَةِ فَيَدْخُلُ فِيهِ مَا
لَا يَصِحُّ تَمَلُّكُهُ كَالِاخْتِصَاصِ وَمَا لَوْ لَمْ تَكُنْ صِيغَةً
كَالْمُعَاطَاةِ، وَخَرَجَ بِوَجْهِ الْمُعَاوَضَةِ نَحْوُ السَّلَامِ وَشَرْعًا
عَقْدُ مُعَاوَضَةٍ مَالِيَّةٍ تُفِيدُ مِلْكَ عَيْنٍ أَوْ مَنْفَعَةٍ عَلَى
التَّأْبِيدِ لَا عَلَى وَجْهِ الْقُرْبَةِ، وَأَرْكَانُهُ ثَلَاثَةٌ عَاقِدٌ
وَمَعْقُودٌ عَلَيْهِ وَصِيغَةٌ وَهِيَ فِي الْحَقِيقَةِ سِتَّةٌ كَمَا سَيَأْتِي.
وَالْعَقْدُ فِي التَّعْرِيضِ جِنْسٌ وَشَأْنُهُ الْإِدْخَالُ، لَكِنْ إذَا كَانَ
بَيْنَهُ وَبَيْنَ فَصْلِهِ عُمُومٌ مِنْ وَجْهٍ يَخْرُجُ بِكُلٍّ مِنْهُمَا مَا
دَخَلَ فِي عُمُومِ الْآخَرِ. وَلِذَلِكَ قَالُوا خَرَجَ بِالْعَقْدِ
الْمُعَاطَاةُ وَبِالْمُعَاوَضَةِ نَحْوُ الْهَدِيَّةِ، وَبِالْمَالِيَّةِ نَحْوُ
النِّكَاحِ وَبِإِفَادَةِ مِلْكِ الْعَيْنِ الْإِجَارَةُ وَبِغَيْرِ وَجْهِ
الْقُرْبَةِ الْقَرْضُ، وَالْمُرَادُ بِالْمَنْفَعَةِ بَيْعُ نَحْوِ حَقِّ
الْمَمَرِّ وَالتَّقْيِيدُ بِالتَّأْبِيدِ فِيهِ لِإِخْرَاجِ الْإِجَارَةِ أَيْضًا
وَإِخْرَاجُ الشَّيْءِ الْوَاحِدِ بِقَيْدَيْنِ غَيْرُ مَعِيبٍ. وَهَذَا
التَّعْرِيفُ أَوْلَى مِنْ التَّعْرِيفِ بِأَنَّهُ مُقَابَلَةُ مَالٍ بِمَالٍ
عَلَى وَجْهٍ
مَخْصُوصٍ لِمَا لَا يَخْفَى.[1]
مَخْصُوصٍ لِمَا لَا يَخْفَى.[1]
Istilah
jual beli, pada hakikatnya hanya berlaku dalam ma’qud alaih berupa barang atau
ain, bukan jasa atau mamfaat sebab jual beli hanya berlaku pada materi,
sedangkan jasa pada hakikatnya bukan termasuk Maliyah atau materi, hanya
sebatas majaz sebab eksistensinya bersifat abstrak dan lebih dikarenakan demi
mentolerir keabsahan mengadakan traksaksi jasa.[2]
Dalil
yang mendasari legislasi transaksi jual beli adalah Al-Qur’an, Hadits, dan
Ijma’
وَأَحَلَّ
اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. (QS. Albaqarah:275).
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& cqä3s? ¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 wur (#þqè=çFø)s? öNä3|¡àÿRr& 4 ¨bÎ) ©!$# tb%x. öNä3Î/ $VJÏmu
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS.
An-nisa’: 29).
سئل النبي: أى الكسب أطيب قال عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور
Artinya: “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW, pernah ditanya tentang usaha
apa yang paling baik; nabi berkata: “Usaha seseorang dengan tangannya dan
jual beli yang mabrur”.
Jasa
bisa dijadikan komoditi dalam transaksi jual beli karena hujjah (desakan
kebetuhan)
1. Pembelian
jasa berupa hak melintas. Contoh, seseorang memiliki kebun yang dikelilingi lahan milik
orang lain, sehingga ketika hendak masuk atau keluar kebun, harus melewati
lahan milik orang lain. Lalu ia membeli mamfaat lahan orang lain untuk
dimamfaatkan melintas atau lewat menuju atau keluar kebun.
2. Pembelian
Mamfaat berupa hak mengalirkan air seperti contoh di atas, namun pembelian
mamfaat lahan orang lain untuk digunakan saluran irigasi dari tempat lain
menuju kebunnya.
3. Pembelian
mamfaat berupa hak membangun. Contoh, seseorang membeli bagian atap sebuah
gedung untuk membangun rumah di atasnya.[3]
Ketiga contoh di atas pembeliannya bersifat
permanen, artinya tidak dibatasi oleh waktu sebagaimana akad ijarah. Karena itu
transaksi demikian tidak dikatakan jual beli murni, melainkan semi ijarah dari
segi komoditinya berupa jasa dan semi bai’ dari segi permanennya.[4]
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan