Adab lebih utama bagi seorang penuntut ilmu. Jika ilmu ada namun
adab tiada, maka tidak ada arti. Coba kita lihat dalam realita kehidupan,
siapakah yang dahulu dimuliakan, apakah orang yang ber ilmu atau orang yang
tahu adab, yaitu tatakarama tingkah laku, berbicara dan kata-kata sopan? Tentu
jawabannya adalah didahulukan adab. Maka seyogyanya kita mendahulukan adab
dalam bersosial dengan para masyarakat, bahkan dengan para orang yang di atas
kita, terutama dalam bidang imu pengetahuan agama. Seorang intelektualitas ilmu
agama, tentu ia sudah berguru kepada orang lain, maka dalam islam diajarkan
bagaimana bersikap dengan guru, adab dengan guru dan harus menghormati guru
dalam setiap kondisi walaupun ia lebih intelek dengan gurunya. Apabila ia tidak
ada adab sopan santun dengan gurunya, dipastikan ilmu yang diambil dari guru
tersebut tiada barakah (bertambah kebaikan). Maka wahai saudaraku mari kita
interopeksi, apakah kita termasuk seperti demikaian, na’uzubillah.
Sering
kita jumpai seorang murid tidak ada adab dengan gurunya lagi. Kenapa? Karena
akibat adanya sifat heran pada diri sendiri. Dia membandingkan dirinya dengan
gurunya, “guruku mengajarkan saya bacaan Iqra’ (alif, ba, ta, tsa), sedangkan
saya sekarang telah mengajarkan orang sekampung termasuk guru saya itu tentang
bidang ilmu fiqah, berarti saya lebih dibandingkan guru saya yang dulu , maka
dia yang berhak mencium tangan saya”. Wah ini murid menurut saya keterlaluan. Maka
untuk mengetahui adab yang harus kita miliki, tentu harus membaca sirah Nabi
Muhammad Saw karena sebaik-baiknya pendidikan dan akhlak adalah Nabi Kita
Muhammad Saw, maka betapa banyak orang melalaikan membaca sirah nabawiyah?
Padahal itulah pedoman kita dalam kehidupan. Jganlah terlupakan hal yang
semestinya di pelajari dan yang semesestinya diajarkan pada ketrunan kita..wahai
saudaraku itu wajib bagi kita untuk mengetahui identitas Nabi muhammad dan
riwayat kehidupannya.
Seandainya
dengan modal ilmu saja seorang menjadi mulia, maka tentu iblis lebih mulia.
Kita tidak ada bandingan ilmu dan ibadah dengan iblis. Maka kenapa ia dikutuk
oleh Allah SWT, karena ia tiada mempunyai adab dengan Allah SWT, yaitu
membangkang perintah Allah SWT dan seburuk-buruk taida adab adalah membangkang
dengan Allah SWT. Makanya didiklah anak dengan pendidikan Nabi Muhammad Saw dan
janganlah mencari nafkah saja untuk memberi makan jasmani, namun lupa terhadap
makanan rohaninya. Kalau begitu maka sama engkau dengan binatang karena
binatang memberikan jasmaninya saja kepada anak tanpa diisi pendidikan
rohaniah. Maka makanan rohani adalah ilmu. Jika hati tidak diisi dengan ilmu
tiga hari, maka hati menjadi mati. Maka perhatikan berapa banyak hati anak-anak
kita mati karena kita...renungkan.
Orang
dahulu mudah mendapatkan ilmu dari gurunya dan ilmunya manfaat karena mereka
sangat beradab dalam menuntut ilmu. Seperti imam syafi’i ketika belajar dengan
imam malik, beliau membuka lembaran kertaspun tidak berani karena ingin begitu
syahdunya dan tenangnya suasana sehingga membuka lembaran saja ditakutkan
bersuara.
Orang
yang memiliki adab dalam menuntut ilmu khususnya adab dengan Allah SWT, maka
sedikitnya akan diberikan 3 keutamaaan oleh Allah SWT:
1.
Allah
SWT akan mempercepat pengetahuan anda dalam menempuh pembelajaran itu.
2.
Akan
cenderung mengamalkan apa yang dipelajarinya.
3.
Akan
mengamalkan dengan adabnya atau mempraktekkan amal yang diketahui disertai
dengan adab.
Dari penjelasan di atas, kita telah mengetahui sedikitnya tentang
mengenai adab, namun pembahasan tentang adab sangatlah luas, perlu untuk dikaji
lebih mendalam lagi. Misalnya bagaimana adab kita dalam membaca Al-Qur’an, adab
membaca dzikir dan adab yang berhubungan dengan manusia. Maka oleh karena
demikian, diharapkan untuk memperluas lagi tentang imu adab supaya kita jadi
orang yang beradab terutama dengan Allah SWT dan dengan sesama manusia.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan