Saturday, May 26, 2018

TASAWUF: Adab dengan Allah SWT dan sesama manusia



Adab lebih utama bagi seorang penuntut ilmu. Jika ilmu ada namun adab tiada, maka tidak ada arti. Coba kita lihat dalam realita kehidupan, siapakah yang dahulu dimuliakan, apakah orang yang ber ilmu atau orang yang tahu adab, yaitu tatakarama tingkah laku, berbicara dan kata-kata sopan? Tentu jawabannya adalah didahulukan adab. Maka seyogyanya kita mendahulukan adab dalam bersosial dengan para masyarakat, bahkan dengan para orang yang di atas kita, terutama dalam bidang imu pengetahuan agama. Seorang intelektualitas ilmu agama, tentu ia sudah berguru kepada orang lain, maka dalam islam diajarkan bagaimana bersikap dengan guru, adab dengan guru dan harus menghormati guru dalam setiap kondisi walaupun ia lebih intelek dengan gurunya. Apabila ia tidak ada adab sopan santun dengan gurunya, dipastikan ilmu yang diambil dari guru tersebut tiada barakah (bertambah kebaikan). Maka wahai saudaraku mari kita interopeksi, apakah kita termasuk seperti demikaian, na’uzubillah.

Sering kita jumpai seorang murid tidak ada adab dengan gurunya lagi. Kenapa? Karena akibat adanya sifat heran pada diri sendiri. Dia membandingkan dirinya dengan gurunya, “guruku mengajarkan saya bacaan Iqra’ (alif, ba, ta, tsa), sedangkan saya sekarang telah mengajarkan orang sekampung termasuk guru saya itu tentang bidang ilmu fiqah, berarti saya lebih dibandingkan guru saya yang dulu , maka dia yang berhak mencium tangan saya”. Wah ini murid menurut saya keterlaluan. Maka untuk mengetahui adab yang harus kita miliki, tentu harus membaca sirah Nabi Muhammad Saw karena sebaik-baiknya pendidikan dan akhlak adalah Nabi Kita Muhammad Saw, maka betapa banyak orang melalaikan membaca sirah nabawiyah? Padahal itulah pedoman kita dalam kehidupan. Jganlah terlupakan hal yang semestinya di pelajari dan yang semesestinya diajarkan pada ketrunan kita..wahai saudaraku itu wajib bagi kita untuk mengetahui identitas Nabi muhammad dan riwayat kehidupannya.

Seandainya dengan modal ilmu saja seorang menjadi mulia, maka tentu iblis lebih mulia. Kita tidak ada bandingan ilmu dan ibadah dengan iblis. Maka kenapa ia dikutuk oleh Allah SWT, karena ia tiada mempunyai adab dengan Allah SWT, yaitu membangkang perintah Allah SWT dan seburuk-buruk taida adab adalah membangkang dengan Allah SWT. Makanya didiklah anak dengan pendidikan Nabi Muhammad Saw dan janganlah mencari nafkah saja untuk memberi makan jasmani, namun lupa terhadap makanan rohaninya. Kalau begitu maka sama engkau dengan binatang karena binatang memberikan jasmaninya saja kepada anak tanpa diisi pendidikan rohaniah. Maka makanan rohani adalah ilmu. Jika hati tidak diisi dengan ilmu tiga hari, maka hati menjadi mati. Maka perhatikan berapa banyak hati anak-anak kita mati karena kita...renungkan.
Orang dahulu mudah mendapatkan ilmu dari gurunya dan ilmunya manfaat karena mereka sangat beradab dalam menuntut ilmu. Seperti imam syafi’i ketika belajar dengan imam malik, beliau membuka lembaran kertaspun tidak berani karena ingin begitu syahdunya dan tenangnya suasana sehingga membuka lembaran saja ditakutkan bersuara.
Orang yang memiliki adab dalam menuntut ilmu khususnya adab dengan Allah SWT, maka sedikitnya akan diberikan 3 keutamaaan oleh Allah SWT:

1.      Allah SWT akan mempercepat pengetahuan anda dalam menempuh pembelajaran itu.
2.      Akan cenderung mengamalkan apa yang dipelajarinya.
3.      Akan mengamalkan dengan adabnya atau mempraktekkan amal yang diketahui disertai dengan adab.
Dari penjelasan di atas, kita telah mengetahui sedikitnya tentang mengenai adab, namun pembahasan tentang adab sangatlah luas, perlu untuk dikaji lebih mendalam lagi. Misalnya bagaimana adab kita dalam membaca Al-Qur’an, adab membaca dzikir dan adab yang berhubungan dengan manusia. Maka oleh karena demikian, diharapkan untuk memperluas lagi tentang imu adab supaya kita jadi orang yang beradab terutama dengan Allah SWT dan dengan sesama manusia.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan