Friday, December 22, 2017

TASAWUF: Menahan Amarah dan Memaafkan adalah Ciri Orang Yang Bertakwa

terus berusaha mencapai ridha ilahi tanpa kata lelah


Allah SAW berfirman dalam Alqur'an Surah Ali Imran ayat 133-134

133  وسارعوا الى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السماوات والارض أعدت للمتقين

134والذين ينفقون فى السراء والضراء والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس والله يحب المحسنين

133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. 


        Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah SWT memberikan balasan yang istimewa  kepada orang yang bertakwa  yang salah satu tandanya takwa adalah memiliki karakteristik penyabar.  Menurut Imam al-Ghazali sabar adalah keteguhan yang dapat mendorong hidup beragama dalam menghadapi dorongan hawa nafsu. hidup di dunia ini tak ada manusia yang tidak dicoba oleh Allah SWT, Baik manusia biasa seperti kita maupun orang-orang yang sudah dekat dengan Allah SWT seumpama Nabi dan para Aulia Allah SWT. ciri orang penyabar salah satunya mampu menahan amarahnya sebagaimana yang di sebutkan dalam ayat 134. Disebutkan juga dalam hadits tentang kelebihan orang yang mampu menahan amarah, beliau bersabda yang artinya  "siapa saja yang menahan marah, padahal sebenarnya ia bisa melampiaskannya, maka pada hari kiamat Allah SWT akan memanggilnya di hadapan semua makhluk, lalu ia disuruh memilih diantara bidadari yang jelita sesuai dengan keinginannya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Abu hurairah Ra. juga mengabarkan, ada seorang lelaki yang bernama Jariyah Ibnu Qodamah bertemu Rasulullah, lalu ia berkata, "ajarkan sesuatu kepadaku, tetapi jangan terlalu banyak agar aku dapat mengingatnya." 

       Muhammad Rasulullah SAW pun bersabda, "janganlah engkau marah."
lelaki itu mengulang perkataannya hingga tiga kali, dan Rasulullah SAW memberikan jawaban yang sama." (HR. Tirmidzi dan Bukhori). Satu  kisah yang menakjubkan dan memberikan inspirasi bagi kita agar menerima ketentuan Allah SWT. Ada seorang sahabat Nabi SAW bernama Julaibib, begitulah namanya dipanggil, nama ini mungkin krn menunjukkan kepada fisiknya yang kurang menawan, pendek dan sebagainya. Namun nama ini, bknlah dirinya yang berkehendak dan juga bukan orang tuanya karena orangtuanya meninggal saat dirinya dilahirkan. Dan org tidak tahu dan tidak mau tahu tentang nasabnya. pada umunya bagi masyarakat yatsrib pada masa itu, bagi yang tidak bernasab dan bersuku merupakan cacat sosial yang besar.

Julaibib yang tersisih  
Penampilannya yang menjadi alasan bagi orang lain untuk selalu menjauh darinya. Wajahnya biasa banget terkesan pendek, hitam, bungkuk dan fakir. Kainnya kusang, pakaiannya lusuh, kakinya pecah-pecah karena tidak beralas kaki. tidak ada rumah, tidak ada perabotan bahkan minum dari air yang diciduk dari kolam umum. Pemimpin bani aslam Abu Barzah sampai-sampai berkata tentang Julaibib, "jgn pernah biarkan julaibib masuk diantara kalian" Demi Allah jika ia berani begitu, aku akan melakukan perkara yg mengerikan" demikianlah keadaan julaibib pada saat itu.

Julaibib di cintai Allah SWT dan Rasulullah

Walaupun dihina, direndahkan, diancam bahkan hampir semua orang melakukan hal demikian. tetapi ada keistimewaan yg diberikan Allah SWT kepada Julaibib yaitu, diberikan oleh Allah SWT selalu istiqamah pada shaf terdepan baik shalat maupun jihad. Dan rasulullah SAW berbeda karakteristik dengan org lain beliau sangat kasih syng kepada Julaibib. Julaibib yang tinggal di Shuffah mesjid nabawi, pada suatu hari ditegur oleh Rasulullah SAW, "Julaibib...." begitu lembut Rasulullah memanggilnya, "tidakkah engkau menikah?."
         "Siapakah orangnya ya Rasulullah SAW yang mau menikahkan putrinya dengan diriku?" kata julaibib. Julaibib menjawab dengan tersenyum dan tidak ada kesan dari kata katanya menyalahkan ketentuan Allah SWT. Rasulullah pun tersenyum setelah mendengarkan pernyataannya. Hari berikutnya Rasulullah pun menyakan hal yang sama pada Julaibib "adakah engkau menikah?" dan jawabannya pun sama. Setelah Rasulullah menanyakan 3 kali pada hari-hari berikutnya, pada hari yang ketiga, pada hari itulah sang Nabi mengamit lengan julaibib dan membawanya kesalah satu rumah pemimpin anshar. "aku ingin menikahkan putri kalian" kata Rasulullah SAW kepada empunya rumah  “Betapa indahnya dan betapa barakahnya”, begitu si wali menjawab berseri-seri, mengira bahwa Rasulullahlah calon menantunya. “Ooh.. Ya Rasulallah Shollallahu ‘alaihi wasallam, ini sungguh akan menjadi ketenangan bagi penghuni di rumah kami.”


“Tetapi bukan untukku”, kata Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, “ku pinang putri kalian untuk Julaibib”
 “Julaibib?”, nyaris terpekik ayah sang gadis
“Ya. Untuk Julaibib.”
“Ya Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam”, terdengar helaan nafas berat. “Saya harus meminta pertimbangan atau bermusyawarah dengan istri saya tentang hal ini”

“Dengan Julaibib?”, istrinya berseru, “Bagaimana bisa? Julaibib tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta.Tidak akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib”
rupanya Perdebatan itu tidak berlangsung lama. Sang putri dari balik tirai berkata anggun, “Siapa yang meminta?” 
Sang ayah dan sang ibu menjelaskan.
“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam yang meminta, maka tiada akan dia membawa kehancuran dan kerugian bagiku”. Sang gadis yang shalehah lalu membaca ayat ini : وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ

“Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36)
Dan sang Nabi dengan tertunduk berdoa untuk sang gadis shalihah itu, اَللّهُمَّ صُبَّ عَلَيْهِمَا الْخَيْرَ صَبًّا  وَلَا تَجْعَلْ  عَيْشَهُمَا كَدًّا كَدًّا
Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.”

Pelajaran dari Kisah Julaibib
Banyak hal yng bisa kita petik hikmah dari kisah julaibib diantaranya Kita belajar dari Julaibib untuk tidak meratapi diri sendiri, untuk tidak menyalahkan takdir, untuk selalu pasrah dan taat pada Allah dan RasulNya. Tidak mudah menjadi Julaibib. Hidup dalam pilihan-pilihan yang sangat terbatas. Memang pasti, ada batas-batas manusiawi yang terlalu tinggi untuk kita lampaui. Tapi jika kita telah taat kepada Allah, jangan khawatirkan itu lagi. Ia Maha Tahu batas-batas kemampuan diri kita. Ia tidakkan membebani kita melebihi yang kita sanggup memikulnya. Urusan kita sebagai hamba memang taat kepada Allah. Lain tidak! Jika kita bertidakwa padaNya, Allah akan bukakan jalan keluar dari masalah-masalah yang di luar kuasa kita. Ingat urusan kita hanya kepada Allah SWT.
                               

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan