Monday, March 13, 2017

Ubudiah:Keutamaan melaksanakan wudhu

Dalam melaksanakan praktek ubudiah sehari-hari, sebagaimana wudhu dll, banyak seseorang yang belum mengetahui dan banyak yang menanyakan tentang keutamaan melaksanakan wudhu tersebut. Apa keutamaan melaksanakan wudhu’? apakah keutamaan tersebut sudah disinggung dalam sebuah hadits tersendiri atau semata-mata hanya hasil pemikiran ulama’?

Jawab:
Keutamaan melaksanakan wudhu adalah, wudhu dapat menghapus dosa-dosa kecil yang telah dilakukan oleh anggota manusia. Hal ini juga termuat dalam sebuah hadits riwayat muslim dll, Lihat keterangan di bawah.
“Bila seorang hamba yang muslim atau mu`min berwudhu, lantas membasuh mukanya, maka keluarlah semua dosa kesalahan yang pernah dilihat oleh matanya bersama dengan air (yang jatuh daripadanya). Bila ia membasuh kedua tangannya maka akan keluar dari kedua tangannya setiap dosa bersama air, dimana kedua tangannya pernah dibuat menampar (orang yang tidak bersalah), atau bersamaan dengan tetesan akhir air yang jatuh daripada keduanya. Bila ia membasuh kedua kakinya maka keluarlah dari keduanya segala dosa kesalahannya bersama dengan air, dimana keduanya pernah berjalan untuk melaksanahan kesalahan tersebut, atau bersamaan dengan tetesan akhir yang jatuh dari keduanya. Sehingga orang yang berwudhu akan keluar dalam keadaan bersih dari dosa(HR. Muslim)”.REFERENSI SUNANUL KUBRA LI BAIHAQI WAFI DZALILIHI AL-JAUHARUNNAQA JUZU` 1 HAL. 81.

“jika seorang hamba berwudhu kemudian berkumur-kumur, keluarlah dosa-dosa dari mulutnya, jika membersihkan hidung, dosa-dosa akan keluar pula dari hidungnya, begitu juga ketika ia membasuh muka, dosa-dosa akan keluar dari mukanya sampai dari bawah pinggir kelopak matanya. Jika ia membasuh tangan, dosa-dosanya akan ikut keluar sampai dari bawah kukunya, demikian pula halnya jika ia menyapu kepala, dosa-dosanya akan keluar dari kepalanya, bahkan dari kedua telinganya. Jika ia membasuh dua kaki, keluarlah pula dosa-dosa tersebut dari dalamnya, sampai bawah kuku jari-jari kakinya”. (HR. Malik, An-Nasa`I, Ibnu Majah, dan Hakim)”. REFERENSI IHYA ‘ULUMUDDIN JUZU` 1 HAL. 262.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan