Kata-kata ini sering kita mendengar dan membacanya di radio,
televisi, pada ustaz-ustadz, artikel-artikel, koran, majalah dan juga di
tabloid dan lain-lainnya, namun tahukah
anda bahwa diantara kalimat-kalimat itu memiliki makna yang sangat jauh
berbeda. Fakta dan kenyataan, bahwa banyak orang yang memikirkan dan
menjelaskan pada orang lain bahkan murid, siswa, mahasiswanya bahwa itu semua
sama, padahal tidak sama pengertiannya antara 3 kalimat tersebut, maka hal ini
saya anggap kawan perlu untuk memahami ketiganya secara spesifik. Kenapa?
Supaya tidak menganggap bahwa salafi itu sama dengan salaf dan salafiyah juga
sama dengan keduanya, maka alhasil kesimpulannya adalah ketiga kata istilah
tersebut sama, ya...kalau begini pemahamannya tentu sangat fatal kesalahannya.
Kalau di lihat di segi makna “salaf”, kata tersebut memiliki banyak makna.
Sebagaimana yang sudah kita maklumi (biasanya orang yang ada ngaji di
pesantren, dayah mengetahuinya),Bahasa arab itu memilki banyak makna dalam satu
kata baku di lebar luaskan maknanya keberbagai wazan, maka artinya berbeda,
maka begitu juga halnya apabila satu kalimat berbeda harakatnya, maka
maknanyapun akan berbeda.
Istilah “salaf”
digunakan untuk menunjukkan makna atau maksudnya adalah para Sahabat, Tabi’īn,
dan Tabi’ Tabi’īn yang hidup sampai batas 300 H, di sini perlu digaris bawahi,
keselarasan mereka dengan Al-Qur’an dan Hadits. Jika hidup pada zaman rentang
pada masa 300 H, namun kontradiksi dengan pedoman ini, maka tidak di sebut
sebagai salaf. Salah satunya adalah kelompok musyabbihah yang hidup pada masa
itu.
Musyabbihah adalah
kelompok yang tidak menerima pentakwilan Al-Qur’an dan Hadits, menafsirkan
Al-Qur’an secara tekstual ,dan menyakini bahwa Allah SWT serupa dengan
makhluknya, yakni Allah memiliki anggota tubuh.
Istilah “salafi” adalah ulama atau orang yang biasa yang hidup setelah
300 H dan mereka mengikuti manhaj atau metodenya ulama salaf yang telah
disebutkan di atas. dan kita pun bisa dikategorikan salafi apabila perilaku dan
manhaj berdasarkan salaf. Maka untuk bermanhaj berdasarkan salaf, tidak ada
cara lain kecuali harus bermadzab. kita tidak bisa kembali kepada Al-Qur’an dan
Hadits kecuali dengan metodelogi mereka yaitu untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits
harus bisa memahami karangan mereka yaitu Ushul figh, ulumul Qur’an dan ilmu
lainnya.
Dan sekarang adaa pengikut Muhammad bin Abdul Wahab yang disebut
wahabi yang menamakan diri mereka dengan salafi karena merubah kesing mereka
terhadap buruk/negatif imam mereka yaitu Muhammad bin Abdul Wahab dengan adanya
kitab saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdul Wahab yang menolak pemahaman
Muhammad Bin Abdul wahab dan karangan selainnya
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sesuai dengan topik dan pembahasan